Minggu, 29 Maret 2015

Sesingkat itukah?


Kau sering mengucapkan kata rindu padaku disetiap ujung pesan kita. Selalu saja kau ucapkan itu saat kau akan meninggalkanku ketempat dimana kau akan menimba ilmu. Setiap minggu aku selalu menunggu kabar darimu. Ya, kabar dimana kau mengatakan bahwa kau sudah pulang kembali ke rumah. Betapa senang hatiku saat menerima pesan singkatmu itu memasuki sudut handphoneku. Tersenyum, hal itu yang pertama kali aku bisa lakukan saat ku baca perlahan kata demi kata dari pesanmu. Memang pesan itu menurut sebagian orang itu biasa saja, namun bagiku itu merupakan hal yang jarang sekali terjadi.
Saat kau sedang berlibur, aku sempatkan waktuku untuk sedikit berbincang denganmu di setiap pesan yang kau kirim karena aku tau waktumu untukku hanyalah saat kau berlibur saja. Hingga larut malam aku selalu saja berbincang denganmu, hingga suatu ketika kau menelponku saat aku tak kunjung membalas pesan darimu.
Setelah rutinitas itu kita lewati selama berbulan-bulan, tiba-tiba saja kau mengatakan sesuatu hal yang tak pernah ku duga sebelumnya. Memang sebelumnya kau pernah mengatakannya, namun aku pikir itu hanya candaanmu saja dan aku tak pernah menganggap itu serius. Namun pada malam itu saat kau mengatakan hal itu kepadaku aku merasa gejolak yang tak biasa. Hatiku degdegan saat mendengar itu, ini tak seperti sebelum-sebelumnya.
Sejak kejadian malam itu aku merasakan ada yang berbeda dengan sikap dirinya ke padaku. Ya, mungkin itu adalah cara dia membuktikan kepadaku. Hingga beberapa hari aku menggantungkan harapannya padaku, akhirnya aku menerimanya.
Hari berganti hari, dan selama ia libur panjang aku selalu berkomunikasi dengannya baik melalui pesan singkat ataupun melalui telepon. Hingga pada akhirnya dia harus kembali menimba ilmu dan lagi-lagi aku harus berpisah komunikasi dengannya. Sudah jarak terpisahkan, komunikasi juga harus terpisah. Ah, apalah arti semua ini! Aku hanya bisa menunggu dan terus menunggu saat kau pulang.
Pertengkaran-pertengkaran kecil sering terjadi diantara kita. Namun semuanya bisa teratasi karena salah satu diantara kita bisa mengalah karena tak ingin memperpanjangmasalah. Hingga pada suatu ketika  ada permasalahan yangmenurutku sepele dan sepertinya bisa diselesaikan dengan baik-baik. Namun tidak dengan dirinya, hingga dia mengakhirinya.
Singkat memang hubungan ini terjalin. Namun apalah daya jika semua ini sudah terjadi. Kadang aku berfikir apakah aku hanya pelarianmu saja? Apakah aku hanya sebagai tempat kau bersandar ketika kau lelah? Apakah aku hanya seseorang yang bisa kau bodohi? Ah, hanya kau yang bisa menjawab segala pertanyaan-pertanyaanku itu.
Kini, aku dan kamu sedang merajut perjalanan masing-masing. Sedang menuju kearah kesuksesan. Semoga bahagia! J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar